SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 4,8 basis poin (bps) menjadi 7,8%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 13 Dec'19 |
|||||
Seri |
Jatuh tempo |
Yield 12 Dec'19 (%) |
Yield 13 Dec'19 (%) |
Selisih (basis poin) |
Yield wajar IBPA 13 Dec'19 (%) |
FR0077 |
5 tahun |
6.571 |
6.609 |
3.80 |
6.5966 |
FR0078 |
10 tahun |
7.206 |
7.223 |
1.70 |
7.1846 |
FR0068 |
15 tahun |
7.667 |
7.697 |
3.00 |
7.6642 |
FR0079 |
20 tahun |
7.757 |
7.805 |
4.80 |
7.7932 |
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) melemah. Indeks tersebut turun 0,03 poin (0,01%) menjadi 267,19 dari posisi kemarin 267,21.
Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 533 bps, melebar dari posisi kemarin 530 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun lagi 1 bps hingga 1,88% dari posisi kemarin 1,89%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.068,87 triliun SBN, atau 38,65% dari total beredar Rp 2.765 triliun berdasarkan data per 11 Desember.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 175,62 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 2,6 triliun, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 1,07 triliun.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, koreksi harga terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara naik.
Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen positif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang |
|||
Negara |
Yield 12 Dec'19 (%) |
Yield 13 Dec'19 (%) |
Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) |
6.76 |
6.77 |
1.00 |
China (A+) |
3.194 |
3.203 |
0.90 |
Jerman (AAA) |
-0.264 |
-0.245 |
1.90 |
Prancis (AA) |
0.04 |
0.049 |
0.90 |
Inggris Raya (AA) |
0.822 |
0.851 |
2.90 |
India (BBB-) |
6.77 |
6.784 |
1.40 |
Jepang (A) |
-0.019 |
-0.018 |
0.10 |
Malaysia (A-) |
3.431 |
3.449 |
1.80 |
Filipina (BBB) |
4.552 |
4.554 |
0.20 |
Rusia (BBB) |
6.35 |
6.32 |
-3.00 |
Singapura (AAA) |
1.744 |
1.788 |
4.40 |
Thailand (BBB+) |
1.55 |
1.605 |
5.50 |
Amerika Serikat (AAA) |
1.899 |
1.889 |
-1.00 |
Afrika Selatan (BB+) |
8.335 |
8.305 |
-3.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pasar SUN Koreksi Lagi, Genapi Pelemahan Sepekan - CNBC Indonesia"
Post a Comment