
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 3,5 basis poin (bps) menjadi 7,17%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 3 Dec'19 |
|||||
Seri |
Jatuh tempo |
Yield 2 Dec'19 (%) |
Yield 3 Dec'19 (%) |
Selisih (basis poin) |
Yield wajar IBPA 3 Dec'19 (%) |
FR0077 |
5 tahun |
6.62 |
6.584 |
-3.60 |
6.5701 |
FR0078 |
10 tahun |
7.141 |
7.176 |
3.50 |
7.1534 |
FR0068 |
15 tahun |
7.591 |
7.606 |
1.50 |
7.564 |
FR0079 |
20 tahun |
7.72 |
7.739 |
1.90 |
7.7423 |
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat tipis dan cenderung flat. Indeks tersebut berada pada 267,2 dari posisi kemarin.
Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 538 bps, melebar dari posisi kemarin 530 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 4,5 bps hingga 1,79% dari posisi kemarin 1,83%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.068,03 triliun SBN, atau 38,6% dari total beredar Rp 2.767 triliun berdasarkan data per 2 Desember.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 174,78 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 230 miliar.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, penguatan harga terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara turun. Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang |
|||
Negara |
Yield 2 Dec'19 (%) |
Yield 3 Dec'19 (%) |
Selisih (basis poin) |
Brasil |
6.895 |
6.91 |
1.50 |
China |
3.216 |
3.243 |
2.70 |
Jerman |
-0.278 |
-0.298 |
-2.00 |
Prancis |
0.032 |
0.007 |
-2.50 |
Inggris |
0.742 |
0.741 |
-0.10 |
India |
6.483 |
6.464 |
-1.90 |
Jepang |
-0.021 |
-0.018 |
0.30 |
Malaysia |
3.441 |
3.447 |
0.60 |
Filipina |
4.685 |
4.679 |
-0.60 |
Rusia |
6.43 |
6.42 |
-1.00 |
Singapura |
1.769 |
1.77 |
0.10 |
Thailand |
1.655 |
1.62 |
-3.50 |
Amerika Serikat |
1.836 |
1.793 |
-4.30 |
Afrika Selatan |
8.46 |
8.475 |
1.50 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) https://www.cnbcindonesia.com/market/20191203195136-17-120060/trump-pesimistis-soal-damai-dagang-pasar-sun-terbenam-lagiBagikan Berita Ini
0 Response to "Trump Pesimistis Soal Damai Dagang, Pasar SUN Terbenam Lagi - CNBC Indonesia"
Post a Comment