/data/photo/2015/12/15/1234031Paniki780x390.jpg)
JAKARTA, KOMPAS.com - Bagi orang Minahasa menyantap daging hewan-hewan liar seperti tikus, kelelawar, anjing, kucing, hingga ular bisa dibilang sudah jadi kebiasaan sejak dulu.
Hewan-hewan tersebut diolah jadi makanan khas Minahasa seperti dibuat rica-rica atau masakan lainnya. Lidah orang Minahasa memang sudah terbiasa dengan kuliner yang terbilang ekstrem.
Dikutip dari Harian Kompas, Selasa (28/1/2020), pedagang Pasar Tomohon, Kota Tomohon, Lientje Rengkuan (57), mengaku menjajakan puluhan daging tikus hutan. Dia bilang, tikus yang dijual hanyalah tikus hutan atau kebun berekor putih (Maxomys hellwandii).
”Ekor putih itulah yang membedakan tikus hutan dan tikus rumah,” ujar Lientje yang juga menjual setumpuk daging kelelawar atau paniki.
Di lapak lain, pedagang memajang ular piton dengan panjang sekitar 3 meter. Ada juga pedagang yang menjual daging babi hutan dan anjing.
”Kalau mau melihat yang lengkap, datanglah ke pasar ini pada hari Jumat dan Sabtu pagi,” katanya.
Sejumlah hewan lain yang dagingnya digemari antara lain soa-soa, burung weris, kuskus, tarsius, rusa, hingga hewan endemik langka seperti yaki (Macaca nigra), babi rusa (Babyrousa babirussa), dan anoa (Bubalus sp).
Baca juga: Pemerintah: Belum Ada Pekerja Migran Indonesia yang Terpapar Virus Corona
Cici, salah seorang pembeli rutin asal Kanonang Minahasa, mengatakan memakan daging hewan liar seperti sudah jadi tradisi turun menurun.
”Pokoknya, semua hewan yang berkaki, melata, terbang, dan berenang kami sikat, ha-ha-ha,” ujar Cici.
Dari sekian hewan yang disebutkan, Cici sangat menyukai tikus hutan yang dimasak bumbu rica dan santan.
”Setiap kali makan nyanda (tidak) cukup kalau cuma dua ekor, paling sedikit lima ekor baru kenyang,” kata Cici.
”Wah, rasanya mau nambah,” ucap Cici saat ditanya bagaimana rasanya.
Ia mengasosiasikan cita rasa daging tikus dengan daging ayam yang diberi sedikit rasa manis.
Kelelawar jadi obat
Banyak anggapan daging hewan liar jadi obat manjur mengobati penyakit. Kepercayaan penyembuhan dengan memakan daging seperti kelelawar juga banyak dipercaya masyarakat di Indonesia.
Di sejumlah marketplace seperti Bukalapak dan Tokopedia, mudah ditemui obat yang dibuat dari daging maupun hati kelelawar.
Baca juga: Dituduh Penyebab Virus Corona, Kelelawar Banyak Dijual sebagai Obat di RI
Obat dari daging dan hati kelelawar umumnya berfungsi sebagai penyembuh penyakit pernapasan.
"Sakit asma dijamin sembuh dengan obat alami dari alam. Serbuk daging kelelawar diambil dari daging dan hati kelelawar untuk menyembuhkan penyakit asma," bunyi iklan di Bukalapak, seperti dilihat Kompas.com.
Harganya cukup mahal, berkisar Rp 420.000 untuk satu botol berisi 50 butir kapsul. Beberapa penjual kapsul bernama Asthma Capsule ini juga merupakan seller yang memiliki reputasi penjualan yang baik yang ditandai dengan bintang sehingga bisa dikatakan produknya tersebut cukup laris di pasaran.
Di Indonesia, diketahui banyak pasar di beberapa daerah yang menjual daging hewan buas, seperti di Jakarta, dan Solo di Jawa Tengah.
https://money.kompas.com/read/2020/01/28/120000026/di-pasar-tomohon-daging-tikus-lebih-laris-dari-sapi?page=allBagikan Berita Ini
0 Response to "Di Pasar Tomohon, Daging Tikus Lebih Laris dari Sapi - Kompas.com - KOMPAS.com"
Post a Comment