Search

Virus Corona Bayangi Pasar SUN, Inversi US Treasury Bertambah - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat tipis dan cenderung flat pada perdagangan hari ini, setelah kemarin sempat berfluktuasi seiring dengan naik-turunnya pemberitaan tentang virus corona Wuhan.Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.Seri acuan yang paling menguat adalah FR0081 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 2,5 basis poin (bps) menjadi 6%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 30 Jan'20

Seri

Jatuh tempo

Yield 29 Jan'20 (%)

Yield 30 Jan'20 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar PHEI 30 Jan'21 (%)

FR0081

5 tahun

6.034

6.009

-2.50

5.9642

FR0082

10 tahun

6.648

6.645

-0.30

6.622

FR0080

15 tahun

7.155

7.14

-1.50

7.1385

FR0083

20 tahun

7.337

7.348

1.10

7.2929

Sumber: Refinitiv

 

 

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,36 poin (0,13%) menjadi 276,3 dari posisi kemarin 275,94.

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 508 bps, melebar dari posisi kemarin 505 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 2,9 bps hingga 1,56% dari posisi kemarin 1,59%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun yang mulai terjadi sejak akhir pekan lalu seiring dengan berita merebaknya virus corona Wuhan. Hari ini, inversi semakin melebar ke pasangan seri 2 tahun-5 tahun dan mengindikasikan investor melihat risiko jangka pendek semakin meningkat. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 

 

Yield US Treasury Acuan 30 Jan'20

Seri

Benchmark

Yield 29 Jan'20 (%)

Yield 30 Jan'20 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.562

1.551

3 bulan-5 tahun

16.3

UST 2020

2 Tahun

1.419

1.399

2 tahun-5 tahun

1.1

UST 2021

3 Tahun

1.4

1.378

3 tahun-5 tahun

-1

UST 2023

5 Tahun

1.416

1.388

3 bulan-10 tahun

-1.4

UST 2028

10 Tahun

1.594

1.565

2 tahun-10 tahun

-16.6

Sumber: Refinitiv

 

 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.084,33 triliun SBN, atau 38,98% dari total beredar Rp 2.781 triliun berdasarkan data per 29 Januari.

Angka itu menunjukkan kepemilikan investor asing masih keluar dari pasar SUN senilai Rp 7,69 triliun sejak akhir pekan lalu, sedangkan sejak awal bulan atau awal tahun masih surplus Rp 22,47 triliun.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, penguatan harga masih terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.

Hal tersebut mencerminkan investor global masih memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.

 

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 29 Jan'20 (%)

Yield 30 Jan'20 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil (BB-)

6.66

6.705

4.50

China (A+)

3.053

3.05

-0.30

Jerman (AAA)

-0.372

-0.398

-2.60

Prancis (AA)

-0.117

-0.137

-2.00

Inggris Raya (AA)

0.518

0.543

2.50

India (BBB-)

6.568

6.558

-1.00

Jepang (A)

-0.055

-0.053

0.20

Malaysia (A-)

3.157

3.144

-1.30

Filipina (BBB)

4.625

4.662

3.70

Rusia (BBB)

6.25

6.27

2.00

Singapura (AAA)

1.617

1.59

-2.70

Thailand (BBB+)

1.36

1.34

-2.00

Amerika Serikat (AAA)

1.594

1.565

-2.90

Afrika Selatan (BB+)

9.01

8.98

-3.00

Sumber: Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA

(irv/irv)

Let's block ads! (Why?)

https://www.cnbcindonesia.com/market/20200130201840-17-134136/virus-corona-bayangi-pasar-sun-inversi-us-treasury-bertambah

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Virus Corona Bayangi Pasar SUN, Inversi US Treasury Bertambah - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.