Search

Pasar Saham Jatuh 6 Hari Beruntun, Pasar Obligasi Malah Hijau - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi Indonesia menutup perdagangan keempat di pekan ini, Kamis (13/2/2020), di zona hijau. Di pasar obligasi, yang menjadi acuan adalah tenor 5 tahun (FR0081), 10 tahun (FR0082), 15 tahun (FR0080), dan 20 tahun (FR0083).

Pada penutupan perdagangan hari ini, imbal hasil (yield) obligasi tenor 5, 15, dan 20 tahun turun masing-masing sebesar 5,9 basis poin (bps), 1,4 bps, dan 0,8 bps. Sementara itu, yield obligasi tenor 10 tahun naik sebesar 0,4 bps.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.

Pergerakan pasar obligasi Tanah Air berbanding terbalik dengan pergerakan pasar saham. Hingga akhir sesi dua perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selaku indeks saham acuan di Indonesia melemah 0,7% ke level 5.871,95, menandai koreksi selama enam hari beruntun.

Sejatinya, appetite pelaku pasar untuk memburu instrumen berisiko seperti saham dan obligasi di negara-negara berkembang memang sedang rendah. Terus meluasnya infeksi virus Corona menjadi sentimen negatif yang membayangi perdagangan di pasar keuangan kawasan regional pada hari ini.

Virus Corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus Corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.

Berpusat di China, kasus infeksi virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain. Melansir publikasi Johns Hopkins, hingga kini setidaknya sebanyak 28 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus Corona di wilayah mereka.

China, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Inggris, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona.

Melansir CNBC International, hingga kemarin, Rabu (12/2/2020), sebanyak 1.310 orang di provinsi Hubei telah meninggal akibat infeksi virus Corona, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 48.000. Untuk keseluruhan China, jumlah korban meninggal tercatat sebanyak 1.367, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 59.000.

Riset dari Standard & Poor's (S&P) menyebutkan bahwa virus Corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sekitar 1,2 persentase poin. Jadi, kalau pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini diperkirakan berada di level 6%, maka virus Corona akan memangkasnya menjadi 4,8% saja.

Untuk diketahui, pada tahun 2019 perekonomian Negeri Panda tercatat tumbuh sebesar 6,1%, melambat signifikan dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Melansir CNBC International yang mengutip Reuters, pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2019 merupakan yang terlemah sejak tahun 1990.

"Pada tahun 2019, konsumsi menyumbang sekitar 3,5 persentase poin dari pertumbuhan ekonomi China yang sebesar 6,1%. Dengan perkiraan konsumsi domestik turun 10%, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akan berkurang sekitar 1,2 persentase poin," tulis riset S&P.

Meluasnya infeksi virus Corona di China terbukti sukses dalam mengganggu kegiatan ekonomi masyarakat dan perusahaan-perusahaan di sana. Sejatinya, libur Tahun Baru China pada awalnya dijadwalkan untuk berlangsung pada tanggal 24 hingga 30 Januari 2020.

Melansir pemberitaan CNBC International, hingga Senin pagi (3/2/2020) setidaknya 24 provinsi, kota, dan wilayah di China telah mengabarkan kepada perusahaan-perusahaan untuk menghentikan operasional hingga setidaknya tanggal 10 Februari.

Bahkan, provensi Hubei yang terdampak paling parah oleh virus Corona mengabarkan kepada perusahaan-perusahaan untuk tak beroperasi hingga setidaknya tanggal 14 Februari.

Menurut perhitungan CNBC International menggunakan data yang dipublikasikan oleh Wind Information, 24 provinsi, kota, dan wilayah yang memperpanjang libur Tahun Baru China tersebut berkontribusi sebesar lebih dari 80% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) China. Sementara itu, kontribusi dari wilayah-wilayah tersebut terhadap total ekspor mencapai 90%. Perkembangan terbaru, kini beberapa provinsi dan distrik telah mengabarkan kepada perusahaan-perusahaan untuk tidak beroperasi hingga 1 Maret.

Sejauh ini, China merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di planet bumi, sekaligus pemain utama dalam rantai pasok dunia. Lantas, dampak dari tekanan terhadap perekonomian China dipastikan akan sangat terasa bagi perekonomian global.

Inflasi Indonesia yang rendah tampak masih menjadi faktor yang memantik aksi beli di pasar obligasi. Sepanjang Januari 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi berada di level 0,39% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan berada di level 2,68%.

Capaian tersebut berada di bawah konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan bahwa pada bulan lalu terjadi inflasi sebesar 0,46% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan berada di level 2,85%.

Sebagai catatan, dalam beberapa waktu terakhir inflasi Indonesia selalu berada di bawah ekspektasi. Untuk periode Desember 2019 misalnya, BPS mengumumkan terjadi inflasi sebesar 0,34% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan yang juga merupakan inflasi untuk keseluruhan tahun 2019 berada di level 2,72%.

Capaian tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan inflasi secara bulanan berada di level 0,51%, sementara inflasi secara tahunan berada di level 2,93%.

Untuk diketahui, inflasi merupakan variabel yang sangat penting dalam menentukan keputusan investasi di pasar obligasi. Jika inflasi rendah, maka obligasi akan menjadi menarik lantaran menawarkan real interest rate yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika inflasi tinggi, maka real interest rate akan menjadi lebih rendah sehingga obligasi tidak menarik.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ank/ank)

Let's block ads! (Why?)

https://www.cnbcindonesia.com/market/20200213184027-17-137757/pasar-saham-jatuh-6-hari-beruntun-pasar-obligasi-malah-hijau

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Pasar Saham Jatuh 6 Hari Beruntun, Pasar Obligasi Malah Hijau - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.