KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Akhir semester 1 perdagangan saham telah ditutup. Kini saatnya mempersiapkan diri untuk neraca perdagangan saham semester 2 tahun 2019. Hingga Jumat (28/6) IHSG masih ditutup menguat ke level 6.358,629.
Dalam beberapa hari terakhir sebelum dibukanya semester 2 perdagangan saham, tecatat IHSG terus menguat setelah sebelumnya sempat berada di level terendah yaitu level 5.826,868 pada bulan Mei lalu. Jika ditelisik dari awal tahun hingga hari ini Jumaat (28/6) performa index menunjukkan signal positif dan menguat sebesar 2,65%.
Memasuki perdagangan saham semester 2, Analis Bina Artha Sekuiritas, Muhammad Nafan Aji melihat bahwa pertumbuhan pasar saham masih akan mengarah ke pertumbuhan yang positif. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor sentimen positif yang diperkirakan akan berlangsung sepanjang semester 2 tahun 2019 ini.
Dari ranah domestik, kestabilan politik menjadi salah sentimen positif bagi pasar saham. Dengan adanya kestabilan politik yang berasal dari kondisi kondusif pasca pemilihan legislatif dan eksekutif akan memberikan kepastian bagi pelaku pasar saham untuk memutuskan langkah apa yang harus diambil.
Hal ini berkaitan dengan regulasi dan kebijakan pasar dan ekonomi yang akan diambil oleh Pemerintah. Nafan optimis bahwa pemerintah akan membuat kebijakan yang lebih baik dari periode sebelumnya.
Jika pemerintah berhasil menyusun kebijakan yang mendukung pertumbuhan postif pasar makan pertumbuhan postif yang diharapkan akan memiliki peluang yang lebih besar untuk terwujud.
Tapi sebaliknya, jika kemudian kebijakan pemerintah kurang bersahabat bagi pasar, bukan tidak mungkin justru hal ini akan berubah menjadi sentimen negatif. Sejauh ini menurut Nafan, kinerja pemerintah dalam menciptakan siklus perdagangan yang positif sudah patut untuk diapresiasi lewat kebijakan-kebijakan yang telah dibuat.
“Saya rasa kebijakan pemerintah dalam mendukung hal ini harus diapresiasi. Banyak contoh kebijakannya seperti kebijakan projobs, peningkatakn kesejahteraan TNI, POLRI, membangun infrasturuktur, menstabilkan nilai tukar rupiah, banyak lah.
Program seperti program 1jt rumah bersama bank-bank, disini BTN juga itu jadi bukti usaha pemerintah untuk menjaga stabilitas. Disisi lain pembangunan gak cuman infrastruktur tapi juga kawasan industry juga akan membuka lapangan pekerjaan yang akan meningkatkan kesejahteraan.” Jelas Nafal yang dihubungi via jaringan seluler Jumaat (28/6).
Selain itu, beberapa sektor emiten masih berpotensi untuk menunjukkan peforma yang positif seperti saham ADHI, BMRI, INDF, UNTR, dan TLKM.
ADHI
Saham ADHI masih diprediksi akan menunjukkan pergerakan yang positif. Meskipun pada kuartal 1 2019 ADHI tercatat mengalami penurunan pendapatan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 25,9% yoy menjadi 2,3 triliun Penurunan pendapatan ini salah satunya dipengaruhi oleh melambatnya proses pembangunan LRT Jakarta. Kendati demikian, ADHI tetap optimis mencapai target kontrak baru dengan nilai hingga 30 triliun di tahun 2019 melalui proyek penyedian air minum, jalan told an jalur KRL yang akan diperjuangkan tembus pada proses tender.
Pendapatan dan laba bersih ADHI sendiri diproyeksikan masing-masing meningkat 20% yoy menjadi 18,84 triliun dan 773,04 triliun. Pada pencatatan keuangan kuartal 1 laba ADHI diketahui berhasil menaikan laba bersih sebesar 3,1% yoy menjadi 76 miliar yang disebabkan rendahnya beban-beban pajak.
BMRI
Saham BMRI yang sempat berada dibawah gari down treadline juga diprediksi menjadi emiten yang akan membawa signal positif di semester 2 2019 ini. Bina Artha Sekuiritas melihat bahwa setelah berhasil melewati batas garis down trandeline BMRI berpotensi nmembentuk pola upchanel yang diindikasikan akan membawa signal positif. Prediksi positif ini didukung juga oleh keberhasilan BMRI mencapi kenaikan laba bersih di kuartal 1 tahun 2019 yang tumbuh hingga 23,4% dari tahun sebelumnya. Pada kuartal 1 2019, BMRI tercatat berhasil memperoleh laba bersih senilai 7,2 triliun yang diperoleh dari pertumbuhan bunga dan pendapatan bunga bersih.
INDF
Serupa dengan BMRI, INDF berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih pada kuartal 1 tahun 2019 sebesar 13,5% . Laba bersih perusahaan pada kuartal 1 2019 tercatat senilai Rp 1,35 triliun yang berasal dari pendapatan perusahaan. Selain peningkatan laba, INDF juga mengalami peningkatan pendapatan yang disumbang oleh peningkatan penjualan segmen bisnis bogasari dan agribisnis.
Sektor industri makanan dan minuman di tahun 2019 juga di prediksi masih menajdi prospek bisnis yang positif sehubungan dengan peningkatan konsumsi saat pemilu lalu dan bulan suci Ramadhan. Hal ini didukung oleh pertumbuhan insudtri makanan pada tahun 2018 sebesar 7,91% yang nilainya lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional. Disisi lain, signal positif INDF juga memiliki titik lemah dimana nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan mempengaruhi kenaikan biaya produksi yang masih tergantung pada import.
UNTR
Tidak hanya BMRI dan INDF yang berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih. UNTR pun turut mencatatkan kenaiakn laba bersih pada kuartal 1 tahun 2019 sebesar 20,5% yoy menjadi 3,05 Triliun. Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan UNTR pada kuartal 1. Sektor bisnis kontraktor penambangan menjadi penyumbang terbesar pendapatan bersih UNTR yakni sebesar 42%.
Pertumbuhan positif harga batubara, adanya kontribusi keuntungan dari Martable, serta minimnya diskon jasa kontraktor juga menjadi dorongan positif atas fundamental perusahan yang mmbuat UNTR memiliki signal positif. Namun perlu diwaspadai, proyeksi positif ini bisa berubah jika terjadi pembalikan arah harga batu bara.
TLKM
Saham miliki PT. Telekomunikasi Indonesia ini juga diprediksi akan menunjukkan signal positif sepanjang semester 2 tahun 2019. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain keberhasilan TLKM meningkatkan pendapatan dan laba bersih, peningkatan kinerja yang dipengaruhi pertumbuhan bisnis digital, dan pengingkatan nilai konsumsi pasar terhadap barang jual.
Tercatat pada kuartal 1 tahun 2019, TLKM berhasil meningkatakan pendapatan sebesar 7,7% yoy atau senilai dengan 34,84 triliun dan kenaikan laba sebesar 8,5% yoy dengan nilai 6,22 triliun. Peningkatan kinerja TLKM yang disebabkan oleh pertumbuhan bisnis digital di sektor connectivity broadband dan layanan digital sebesar 26,2% turut menyumbang kontribusi sebesar 68,4% dari total pendapatan pereseroan. Dari segi konsumsi pasar, pemilu serentak 2019 turut meningkatankan nilai traffic pemakaian dan konsumsi data yang tentunya akan berdampak pada akumulasi pendapatan perusahaan.
Sementara itu beberapa faktor global juga menyumbang sentimen positif terhadap pertumbuhan saham di semester 2 tahun 2019. Indonesia yang masuk sebagai emerging market dalam kategori investment grade turut menjadi sentimen positif terhadap saham di semester 2 ini. Emerging market adalah sebutan bagi negara-negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi secara cepat dalam ekonomi global.
Turunnya suku bungan bank sentral dunia juga menjadi factor lain yang membawa sentiment positif terhadap perkembangan pasar saham. Dengan turunnya suku bunga bank sentral, maka diharapkan bank – bank juga dapat menurunkan suku bunga creditnya. Ketika bank menurunkan suku bunga kredit, hal ini akan berdampak pada peningkatan jumlah kredit yang sekaligus menambah pemasukan peresoan dan berdampak langsung terhadap fundamental perusahaan.
Disisi lain, investor masih harus berhati-hati terhadap adanya factor sentiment negative yang juga akan mewarnai pasar perdagangan saham di semester kedua ini. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Muhammad Nafan Aji, beberapa sentiment negative yang diprediksikan akan muncul antara lain adanya perlambatan ekonomi global, ketidakpastian Brexit perdang dagang dan ketidakpastian negosiasi perang dagang Amerika dengan China, dan keadaan geopolitics.
Ketidakpastiian Brexit yang masih akan terjadi hingga Oktober nanti menurut analis Nafal Aji menjadi salah satu sentiment negative yang muncul pada periode semester 2 dikarenakan dikhawatirkan akan berpengaruh pada perlambatan ekonomi global.
Ditambah jika polarisasi legisklatif benar terjadi, juga akan membuat kebijakan harga barang yang masuk ke Inggris menjadi tinggi dimana hal ini tidak sesuai dengan prinsip smart globalisasi ataupun liberalisasi perdagangan.
Dari segi domestic, sentiment negative yang akan mempengaruhi IHSG adalah masih tingginya ketergantungan Indonesia akan import. Ketika Indonesia masih bergantung dengan kebutuhan import maka yang terjadi di neraca perdagangan adalah lebih tingginya nilai import ketimbang penghasilanh yang diterima dari ekport Hal ini kemudian akan membuat neraca perdagangan yang ada di dalam keadaan defisit.
Ancaman defisit nerca perdagann inilah yang akan menjadi sentiment negative bagi pertumbuhan perdagangan saham karena akan mempengaruhi pelebaran Current Account Deficit.Dari beberapa factor global yang sudah disebutkan diatas, perang dagang global dan defisit neraca perdangan menjadi 2 senitimen negative yang paling patut diwaspadai dalam semester 2 perdagangan saham.
Jika ditarik kesimpulan, sentiment negative masih didominasi factor global sementara sentimenn positif masih banyak didorong oleh factor-faktor domestik. Bukan mustahil dengan perkembangan dan analisis yang ada prospek perdagangan saham akan mengarah ke sisi yang positif atau dengan kata lain menguat seperti yang sudah disampaikan analis Bina Artha, Muhammad Nafan Aji diawal tulisan. Adapun prediksi terkait munculnya sentiment-sentimen positif dan negative menurut Nafan diatas, diprediksikan akan bertahan hingga akhir semester 2 perdagangan pasar saham 6 bulan kedepan.
Sedikit berbeda dengan Nafan Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat memprediksi bahwa pertumbuhan positif IHSG baru akan terjadi di akhir tahun bahkan di mulai di tahun 2020.
Teguh melihat dari trend pasar yang ada saat ini masih terdapat banyak potensi bagi IHSG untuk kembali koreksi di semester 2 perdagangan saham. Beberapa penyebabnya antaralain belum bertumbuhnya nilai saham dari emiten-emiten yang diawal tahun di proyeksikan akan membaik dan membawa dorongan positif bagi pertumbuhan IHSG.
Emiten properti misalnya, diawal tahun diprediksi emiten properti akan tumbuh dan menguat, nyatanya hingga akhir semeter 1 perdagangan saham belum terjadi pertumbuhan yang signifikan dari saham emiten tersebut. Hal ini tidak terlepas dari pemilu Indonesia yang cenderung membuat investor ataupun orang-orang yang ingin membeli properti wait and see.
Menurut Teguh, pertumbuhan positif dari saham-saham properti baru mungkin akan terlihat di kuartal 3 tahun 2019 karena pasca pengumuman presiden dan wakil presiden dipilih baru terdapat kemungkinan investor dan orang-orang yang hendak membeli properti membeli atau berbelanja properti.
Teguh memprediksi hingga akhir semester 2 perdagangan saham IHSG tidak akan tumbuh jauh dari level saat ini, yang berarti tetap berada di kisaran level 6.300-6.400 bahkan masih ada kemungkinan koreksi dan berada di level 6000-an.
“kenapa coba IHSG mentok di 6300-an tidak balik lagi ke level 6400-an? Ya karena orang masih wait and see nanti di kuartal 2 apakah kinerjanya akan akan sama jeleknya atau lebih baik. Kalau sama jeleknya ya bakal turun lagi. Tapi, saya prediksi masih jelek. Baru akan membaiknya dikuartal 3. Berarti dampaknya terhadap IHSGnya sendiri ya mungkin baru akan kelihatan di akhir tahun. Setelah kita koreksi 1x lagi baru abis itu kita bakal naik dan naiknya kenceng di tahun 2020. Mungkin cuman 6000 pas (proyeksi IHSG di akhir tahun), tapi tidak akan dibawah 6000.” Jelas Teguh, Jumat (28/6).
Selain itu, menurut Teguh seluruh berita terkait sentimen positif sudah keluar ke publik yang juga menjadi alasan pertumbuhan positif IHSG dari level 5.800-an ke level saat ini. Karena itu kemungkikanan koreksi IHSG masih mungkin terjadi ketika ada berita negatif yang muncul.
Salah satu berita atau sentimen negatif yang pasti muncul menurut Teguh adalah berita terkait kinerja emiten di kuartal ke-2 yang baru akan keluar di akhir Juli atau awal Agustus. Terlepas dari paparan diatas, tidak menutup kemungkinan munculnya beragam factor lain yang tidak terduga yang juga dapat mempengaruhi kondisi perdagangan saham.
Editor: Azis Husaini
Editor: Azis Husaini
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ini ulasan analis soal prospek pasar saham di semester II-tahun 2019 - Kontan"
Post a Comment