
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di hampir seluruh pasar surat utang pemerintah negara lain. Pelemahan itu juga mempengaruhi hasil lelang surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) hari ini yang penerbitannya di kisaran bawah target indikatif pemerintah.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 2,6 basis poin (bps) menjadi 7,35%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Dalam lelang hari ini, pemerintah menerbitkan sukuk negara senilai Rp 7 triliun, dari total permintaan yang masuk dari peserta lelang Rp 21,81 triliun. Angka penerbitan dan permintaan itu di bawah rerata lelang sejak awal tahun Rp 7,62 triliun dan Rp 22,17 triliun.
Yield Obligasi Negara Acuan 3 Sep'19 |
|||||
Seri |
Jatuh tempo |
Yield 2 Sep'19 (%) |
Yield 3 Sep'19 (%) |
Selisih (basis poin) |
Yield wajar IBPA 3 Sep'19 (%) |
FR0077 |
5 tahun |
6.768 |
6.777 |
0.90 |
6.7624 |
FR0078 |
10 tahun |
7.333 |
7.359 |
2.60 |
7.3355 |
FR0068 |
15 tahun |
7.754 |
7.756 |
0.20 |
7.7555 |
FR0079 |
20 tahun |
7.869 |
7.869 |
0.00 |
7.8583 |
Avg movement |
0.92 |
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah. Indeks tersebut turun 0,32 poin (0,12%) menjadi 259,35 dari posisi kemarin 259,68.
Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 586 bps, melebar dari posisi kemarin 580 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 3,9 bps hingga 1,49% dari posisi kemarin 1,53%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada seluruh pasangan seri acuan, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang kembali bertahan hari ini, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 3 Sep'19 |
|||||
Seri |
Benchmark |
Yield 2 Sep'19 (%) |
Yield 3 Sep'19 (%) |
Selisih (Inversi) |
Satuan Inversi |
UST BILL 2019 |
3 Bulan |
1.987 |
1.987 |
3 bulan-5 tahun |
60.5 |
UST 2020 |
2 Tahun |
1.506 |
1.5 |
2 tahun-5 tahun |
11.8 |
UST 2021 |
3 Tahun |
1.429 |
1.421 |
3 tahun-5 tahun |
3.9 |
UST 2023 |
5 Tahun |
1.39 |
1.382 |
3 bulan-10 tahun |
49.6 |
UST 2028 |
10 Tahun |
1.506 |
1.491 |
2 tahun-10 tahun |
0.9 |
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.009,6 triliun SBN, atau 38,45% dari total beredar Rp 2.625 triliun berdasarkan data per 30 Agustus.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 116,35 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 1,52 triliun.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya turun 0,46% menjadi 6.261 untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan 0,21% menjadi Rp 14.220 per dolar AS untuk rupiah.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, hampir seluruh pasar menguat sehingga yield mayoritas obligasi negara tersebut turun di tengah sentimen negatif dari no-deal Brexit dan berlakunya kenaikan tarif impor di tengah perang dagang Amerika Serikat (AS)-China.
Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang |
|||
Negara |
Yield 2 Sep'19 (%) |
Yield 3 Sep'19 (%) |
Selisih (basis poin) |
Brasil |
7.44 |
7.44 |
0.00 |
China |
3.089 |
3.077 |
-1.20 |
Jerman |
-0.702 |
-0.722 |
-2.00 |
Prancis |
-0.402 |
-0.413 |
-1.10 |
Inggris |
0.427 |
0.372 |
-5.50 |
India |
6.556 |
6.512 |
-4.40 |
Jepang |
-0.259 |
-0.273 |
-1.40 |
Malaysia |
3.307 |
3.301 |
-0.60 |
Filipina |
4.46 |
4.491 |
3.10 |
Rusia |
7.09 |
7.08 |
-1.00 |
Singapura |
1.763 |
1.733 |
-3.00 |
Thailand |
1.485 |
1.465 |
-2.00 |
Amerika Serikat |
1.53 |
1.491 |
-3.90 |
Afrika Selatan |
8.18 |
8.125 |
-5.50 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) https://www.cnbcindonesia.com/market/20190903184227-17-96879/sentimen-negatif-membalikkan-arah-pasar-sun-ditutup-turunBagikan Berita Ini
0 Response to "Sentimen Negatif Membalikkan Arah, Pasar SUN Ditutup Turun - CNBC Indonesia"
Post a Comment